Momentum Berqurban dan Berbagi

Apa Itu Qurban?

Qurban adalah ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Ibadah qurban melibatkan penyembelihan hewan tertentu dengan niat yang tulus dan mengikuti tata cara yang ditetapkan dalam agama Islam.

Makna dan Hakikat Qurban Ibadah qurban merupakan ibadah yang dilaksanakan pada hari raya idul adha, yaitu pada hari tasyrik 10-13 Dzulhijjah. Kata qurban secara etimologi berasal dari bahasa Arab qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat (Ibn Manzhur: 1992:1:662; Munawir:1984:1185). Maksudnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengerjakan sebagian perintah-Nya.

Allah SWT berfirman :

  فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28) Udhiyyah atau berqurban termasuk salah satu syi’ar Islam yang agung dan termasuk bentuk ketaatan yang paling utama. Ia adalah syi’ar keikhlasan dalam beribadah kepada Allah semata, dan realisasi ketundukan kepada perintah dan larangan-Nya. Karenanya setiap muslim yang memiliki kelapangan rizki hendaknya ia berqurban.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

“Barangsiapa yang memiliki kelapangan, sedangkan ia tidak berqurban, janganlah dekat-dekat musholla kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim, namun hadits ini mauquf).


Sejarah Qurban

Kisah atau sejarah qurban berawal dari persitiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih anak Nabi Ismail. Kemudian disyiarkan oleh Nabi terkahir Muhammad SAW yang mempersiapkan umat Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha. Beginilah sejarah qurban dimulai dari kisah Nabi Ibrahim as dan nabi Ismail as.

Telah dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa orang tuanya, lalu ia berdoa kepada Allah.

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

 “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.(QS Ash-Shafaat [37] : 100)

Kemudian Allah memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar. Dialah Ismail, yang dilahirkan oleh Hajar. Menurut para ahli sejarah, Nabi Ismail lahir ketika Nabi Ibrahim berusia 86 tahun.

Nabi Ibrahim kemudian membawa Hajar dan Ismail, yang saat itu masih bayi dan menyusu pada ibunya, ke Makkah. Pada saat itu di Makkah tidak ada seorangpun dan tidak ada udara. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka disana beserta gerabah ( alat-alat dapur untuk memasak-memasak dan sebagainya yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar yang di dalamnya terdapat kurma serta bejana kulit yang berisi udara.

Setelah itu Nabi Ibrahim berangkat dan diikuti oleh Hajar seraya berkata,
“Wahai Ibrahim, kemana kamu hendak pergi, apakah kamu akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apapun?”

Pertanyaan itu diucapkan berkali-kali, namun Nabi Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata kepadanya: “Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”

“Ya.” Jawab Nabi Ibrahim

“Kalau begitu kami tidak disia-siakan.” Dan setelah itu Hajar pun kembali.
Ibrahim pun berangkat sehingga ketika telah jauh sampai di Tsamiyah, ia pun menghadapkan wajahnya ke Baitullah dan berdoa:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

 “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman manusia di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim [14] : 37)

Dan Hajar pun menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia. Sehingga ketika

air yang ada di dalam bejana sudah habis, maka ia dan puteranya pun merasa haus. Lalu Hajar melihat puteranya merengek-rengek. Lalu dia pergi dan tidak tega

melihat anaknya tersebut. Maka ia mendapatkan Shafa merupakan bukit yang terdekat dengannya.

Lalu ia berdiri di atas bukit itu dan menghadap ke lembah sambil melihat-lihat adakah orang di sana, tetapi ia tidak menemukan seorang pun di sana.

Setelah itu ia turum kembali dari Shafa dengan susah payah sampai di lembah. Lalu ia mendatangi bukit Marwah lalu berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana. Namun dia tidak mendapatkan seorang pun di sana. Ia melakukannya – berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah – sebanyak tujuh kali.

Setelah mendekati Marwah ia mendengar sebuah suara. Ia pun berkata, “Diam!” Maksudnya untuk dirinya sendiri. Kemudian ia berusaha mendengar lagi hingga ia pun mendengarkan.

“Engkau sudah mendengarkannya. Adakah kamu dapat membantu?”

Tiba-tiba ia bertemu Malaikat di dekat sumber air Zamzam. Kemudian Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya sehingga muncullah udara.

Selanjutnya Ibunda Ismail membendung udara dengan tangannya dan menciduknya dan udara bertambah deras.

Nabi Muhammad bersabda:

“Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail, jika saja ia membiarkan Zamzam – atau Beliau berkata: ‘seandainya dia tidak menciduk airnya- niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.”

Kemudian ibunda Ismail minum dari air itu dan menyusui anaknya.

Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar Bahasa Arab di kalangan Bani Jurhum. Hingga pada suatu hari, ayahnya, Nabi Ibrahim datang menjumpainya.

 Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS Ash-Shafaat [37] : 102)

Nabi Ibrahim datang menjumpai anaknya untuk menyampaikan perintah Allah agar menyembelihnya. Bisakah kalian membayangkan teman-teman? Setelah menunggu bertahun-tahun, Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak di usia orang tuanya. Lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya di suatu tempat asing yang jauh darinya dan tidak berpenghuni. Meskipun sangat besar kecintaannya kepada keluarganya, namun ia seorang yang teguh dan taat terhadap perintah Allah. Tidak sedikitpun beliau bergeming, bahkan bersegera ketika Allah memerintahkannya.

Nabi Ismail pun menjawab:

ۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْن

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan menjumpaiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash-Shafaat [37] : 102)

Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Allah. Dan beliu berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam

menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِسْمٰعِيْلَ ۖاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا ۚ

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam [19] : 54)

Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).”

Nabi Ibrahim lalu membaringkan putranya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya.

Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya. Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107)

Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah. Wallahu a’lam.


Tujuan Berqurban

  1. Mendekatkan diri kepada Allah
    Qurban adalah ibadah yang dilakukan sebagai wujud ketaatan dan penghormatan kepada Allah. Dengan melaksanakan qurban, seorang Muslim berharap dapat mendekatkan diri kepada-Nya, mengikuti perintah-Nya, dan meningkatkan hubungan spiritual.
  2. Mengikuti teladan Nabi Ibrahim
    Qurban merujuk pada kisah Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya atas perintah Allah. Dalam melaksanakan qurban, umat Muslim mengikuti teladan kesabaran, ketundukan, dan keimanan Nabi Ibrahim.
  3. Mengungkapkan rasa syukur
    Qurban juga merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur kepada Allah atas berkah dan nikmat yang diberikan-Nya. Dengan mengorbankan hewan kurban, seorang Muslim mengakui dan menghargai karunia yang diberikan Allah dalam hidupnya.
  4. Mendistribusikan dan berbagi rezeki
    Salah satu tujuan qurban adalah untuk berbagi rezeki dengan sesama. Daging hewan kurban dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya untuk dikonsumsi sendiri, diberikan kepada keluarga dan kerabat, serta disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini mendorong kebersamaan, solidaritas, dan membantu mereka yang kurang mampu.
  5. Meningkatkan kepedulian sosial
    Qurban memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk lebih memperhatikan dan membantu mereka yang membutuhkan. Selain memberikan daging kurban, qurban juga menjadi momen untuk melihat dan merespons kebutuhan masyarakat yang lebih luas, termasuk dalam hal pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.

Jenis Hewan Yang Dapat Di Qurbankan

  1. Domba
    Domba merupakan jenis hewan yang paling umum digunakan sebagai hewan qurban. Domba yang digunakan harus memenuhi syarat usia minimal, sehat, tidak cacat, dan sesuai dengan ketentuan agama.
  2. Sapi
    Sapi juga dapat digunakan sebagai hewan qurban. Sapi yang digunakan harus memenuhi syarat usia minimal, sehat, tidak cacat, dan sesuai dengan ketentuan agama.
  3. Kambing: Kambing adalah jenis hewan lain yang sering digunakan sebagai hewan qurban. Kambing yang digunakan harus memenuhi syarat usia minimal, sehat, tidak cacat, dan sesuai dengan ketentuan agama.
  4. Unta
    Di beberapa daerah yang memiliki populasi unta yang signifikan, unta juga digunakan sebagai hewan qurban. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan unta sebagai hewan qurban tidak umum di semua wilayah.

Siapa yang Berhak Menerima Daging Qurban?

  • Shohibul Qurban

Orang yang berkurban atau disebut shohibul qurban berhak mendapatkan 1/3 daging kurban. Dalam Hadis Riwayat Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda “Jika di antara kalian berqurban, maka makanlah sebagian qurbannya” (HR Ahmad).

Namun ada yang perlu diingat, bahwa orang yang berkurban tidak boleh menjual kurban bagiannya, baik dalam bentuk daging, bulu, maupun kulit.

  • Tetangga sekitar, teman, dan kerabat

Daging kurban boleh dibagikan kepada kerabat, teman, dan tetangga sekitar meski mereka berkecukupan. Besarnya daging kurban yang diberikan adalah sepertiga bagian.

  • Fakir miskin 

Fakir miskin berhak mendapatkan daging hewan kurban. Salah satu tujuan dari berkurban adalah saling berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Fakir miskin mendapatkan jatah 1/3, dan shohibul kurban juga dapat menambahkan jatah hewan kurban untuk fakir miskin dari bagian kurbannya. Seperti firman Allah dalam QS. Al-Hajj ayat 28:

“Makanlah sebagian dari daging kurban dan berikanlah kepada orang fakir.”


Syarat Orang Yang Berqurban

Syarat Orang yang Berkurban:

1 . Beragama Islam:

Orang yang berkurban harus beragama Islam karena ibadah kurban merupakan ibadah yang khusus bagi umat Islam. 

2 . Mampu:

Orang yang mampu berkurban adalah orang yang memiliki kelebihan harta yang tidak mengganggu kebutuhan pokoknya dan keluarganya. 

3 .Baligh dan Berakal:

Ibadah kurban dilakukan oleh orang yang sudah baligh (cukup umur) dan berakal sehat. 

Syarat Hewan Kurban:
  • 1. Jenis Hewan Ternak:
    Hewan kurban haruslah hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, unta, atau kerbau. 

  • 2. Usia yang Cukup:
    Hewan kurban harus sudah mencapai usia yang cukup sesuai syariat. 

  • Sapi: Minimal berusia 2 tahun dan telah masuk tahun ke-3. 
  • Kambing: Minimal berusia 1 tahun dan telah masuk tahun ke-2. 
  • Unta: Minimal berusia 5 tahun dan telah masuk tahun ke-6. 
  • 3. Kondisi Sehat:
    Hewan kurban harus dalam keadaan sehat dan tidak memiliki cacat. Beberapa contoh cacat yang dilarang: 

  • Buta: Hewan yang buta pada satu atau kedua matanya. 
  • Pincang: Hewan yang pincang sehingga tidak bisa berjalan normal. 
  • Sakit: Hewan yang sakit parah. 
  • Kurus: Hewan yang sangat kurus sehingga tidak memiliki sumsum tulang. 
Hal Lain yang Perlu Diperhatikan:
  • Niat: Niat untuk berkurban harus tulus dan ikhlas karena Allah SWT. 
  • Waktu: Berkurban dilakukan pada hari raya Idul Adha dan beberapa hari Tasyrik (10-13 Dzulhijjah). 
  • Menyembelih dengan Benar: Hewan kurban disembelih dengan cara yang benar sesuai syariat Islam. 

Penutup

Allah SWT berfirman :

  فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28) Udhiyyah atau berqurban termasuk salah satu syi’ar Islam yang agung dan termasuk bentuk ketaatan yang paling utama. Ia adalah syi’ar keikhlasan dalam beribadah kepada Allah semata, dan realisasi ketundukan kepada perintah dan larangan-Nya. Karenanya setiap muslim yang memiliki kelapangan rizki hendaknya ia berqurban.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these